Oleh: Ani Nh Fazia
Gelisah dot com
“Mintalah PadaKU maka AKU akan mengabulkannya.” Begitu janji Allah.
Aku
tahu itu ya Rabb, tapi bukan aku tak percaya. Hanya saja, kenyataan kadang
berbeda dari sebuah harapan.
Tentu Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi hambaMU, maka tak semua permohonan terkabul, karena baik menurutku belum tentu baik menurutMU.
Aku yakin dengan segala ketetapanMU, hanya saja terkadang aku tak yakin dengan diriku,,,, Lalu apa yang mesti aku lakukan?
Kucoba untuk mengerti, kucoba untuk pahami, kucoba untuk tenangkan diri ini meski gelisah tak kunjung reda. Dengan segala problematika yang tak henti bermunculan.
Tentu Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi hambaMU, maka tak semua permohonan terkabul, karena baik menurutku belum tentu baik menurutMU.
Aku yakin dengan segala ketetapanMU, hanya saja terkadang aku tak yakin dengan diriku,,,, Lalu apa yang mesti aku lakukan?
Kucoba untuk mengerti, kucoba untuk pahami, kucoba untuk tenangkan diri ini meski gelisah tak kunjung reda. Dengan segala problematika yang tak henti bermunculan.
Mencoba
peka dengan keadaan, mencoba netral dengan segala kondisi, mencoba semangat
dengan segala tekanan, mencoba berusaha dengan segala ketidakpastian.,,
Sedih ini adalah proses perbaikan diri, kecewa ini adalah langkah pendewasaan diri, kesal ini adalah jalan pengaturan emosi, dan bahagia ini adalah bukti kesyukuran diri.
Namun, diri ini tetaplah seorang manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Maka, semoga tiada prasangka dalam diri.
Entahlah definisai naïf itu seperti apa,, tapi hal itu lebih baik untuk menuju husnudzon dari pada prasangka yang akan membawa dengki.
Terkenang kata-kata ustadz Aam Amirudin. “Lebih baik kita mengira seseorang itu baik padahal tidak baik, dari pada mengira orang itu tidak baik padahal dia baik.”
Semoga pula tiada rasa malas bagi perbaikan diri. Aamiin
Sedih ini adalah proses perbaikan diri, kecewa ini adalah langkah pendewasaan diri, kesal ini adalah jalan pengaturan emosi, dan bahagia ini adalah bukti kesyukuran diri.
Namun, diri ini tetaplah seorang manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Maka, semoga tiada prasangka dalam diri.
Entahlah definisai naïf itu seperti apa,, tapi hal itu lebih baik untuk menuju husnudzon dari pada prasangka yang akan membawa dengki.
Terkenang kata-kata ustadz Aam Amirudin. “Lebih baik kita mengira seseorang itu baik padahal tidak baik, dari pada mengira orang itu tidak baik padahal dia baik.”
Semoga pula tiada rasa malas bagi perbaikan diri. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar