Oleh : Ani Nh Fazia
Padahal,
terasa baru kemarin, aku berpapasan dengan lelaki paruh baya itu di jalan.
Lelaki itu bersama anak lelaki dan cucunya . Ia menggendong cucu semata
wayangnya itu dengan lembut. Terlihat sekali bahwa lelaki itu begitu menyayangi
cucunya.
"Mau kemana ade?" tanyaku
pada cucunya itu. Anak itu kira-kira berusia satu tahun.
"Ke Pasar Baru," jawab
lelaki itu sambil tersenyum.
"
Aduhh, asik donk. Mau beli baju baru, ya ? Atau mau beli mainan?"
"Ah, enggak! Ini mau jalan-jalan. kalu anak-anak lain nangis, mungki ingin
dibeliin mainan, kalau ini enggak.
Mintanya selalu jalan-jalan. keliling-keliling aja."
"Ohhh.." ucapku seraya mengangguk.
Tiba-tiba
tanpa bisa kutahan meluncur dari mulutku begitu saja, "
Bagaimana kalau ke mesjid Agung saja? Daripada ke Pasar Baru. Penuh. Sesak.
Adenya juga ga leluasa jalan-jalan!" ucapku sok meyakinkan.
"Iya kan, De?" sekarang berbalik menatap anak kecil yang sedang digendong
itu. " Di sana bisa naik menara. Bisa lihat kota Bandung dari atas menara.
Pemandangannya jauh lebih enak. Ada air mancur juga. Dan mesjidnya luas, bisa
nyantai. "
Lelaki paruh baya itu berfikir sejenak, kemudian tanpa banyak bertanya dia
menganguk pelan.
" Yu, ke mesjid Agung!" ajak
lelaki paruh baya itu itu pada anak lelakinya.
" Dari sini naik apa ya, mbak
?" Anak lelaki paruh baya itu yang kini balik bertanya padaku.
Serta
merta kutunjukan transportasi yang menuju mesjid Agung. Dan ternyata, saranku
itu sukses besar dalam mempengaruhi mereka.
Setelah
itu, setelah jarang berpapasan lagi dengan lelaki paruh baya itu. Nyaris tidak
pernah. Kejadian itu mungkin sebulan yang lalu. Kabar mengejutkan datang,
tetanggaku itu, lelaki paruh baya itu, meninggal dunia.
" Inalilaahi
wa inna illaihi raa ji'un."
Ia meninggal tadi
malam pukul 21.00 WIB. Penyakit jantungnya kumat. Lelaki itu meninggal saat
dilarikan ke rumah sakit. Sudah tidak kuat lagi dan akhirnya meninggal dalam
perjalanan. Dan sekarang sedang dibawa menuju kampong halamannya. Istri dan
keluarganya tidak berada di Bandung bersamanya.
Hidup itu tidak
akan pernah abadi, tidak sesederhana yang dibayangkan. Dan tidak selalu panjang
seperti yang kita harapkan. Ada saatnya manusia kembali pada penciptaNYA tanpa
bisa kita halangi.
Entah itu dalam
kurun yang lama, atau bahkan dalam waktu yang teramat singkat. Semoga Allah
memberi tempat terbaikNYA, mengampuni dosanya, serta memberi kesabaran dan
melapangkan hati keluarga yang ditinggal. Aamiin.
---
Di bawah ini diambil dari postingan, entah saya lupa milik siapa... sengaja saya masukkan karena berkaitan dengan catatan saya di atas.
---
Di bawah ini diambil dari postingan, entah saya lupa milik siapa... sengaja saya masukkan karena berkaitan dengan catatan saya di atas.
Pada suatu hari "Kematian" dan
"Kehidupan" bertemu satu sama lain, lantas mereka ngobrol:
Kematian : "Kenapa orang2 itu menyukai kamu, tapi mereka amat membenci aku?"
Kehidupan (menjawab sambil tersenyum) : "Orang-orang menyukaiku karena aku adalah 'dusta yang indah', sedangkan mereka membencimu karena kamu adalah 'kebenaran yang menyakitkan'."
*Saya suka dengan quote ini--entah siapa yg pertama kali menuliskannya, beberapa bilang Kahlil Gibran, tapi boleh jadi asal quote ini lebih lama dibanding itu. (repost)
Kematian : "Kenapa orang2 itu menyukai kamu, tapi mereka amat membenci aku?"
Kehidupan (menjawab sambil tersenyum) : "Orang-orang menyukaiku karena aku adalah 'dusta yang indah', sedangkan mereka membencimu karena kamu adalah 'kebenaran yang menyakitkan'."
*Saya suka dengan quote ini--entah siapa yg pertama kali menuliskannya, beberapa bilang Kahlil Gibran, tapi boleh jadi asal quote ini lebih lama dibanding itu. (repost)
....