Oleh : Ani Nh Fazia
09 Januari 2014 pukul 17:41
Pelajaran kehidupan beberapa hari
lalu.
Kebenaran tak selalu jelas, ia akan
terlihat samar. Karena benar menurut kita akan berbeda versi menurut orang
lain. Seperti hari itu. Mata tak akan bisa melihat, dan telinga tak akan selalu
bisa mendengar apabila terhalang hasud.
Hati yang tenang akan bertanya,
" Benarkah begitu?" Dan otak yang berfikir akan mencari bukti.
Setelah itu barulah kebenaran itu terlihat dan terasa.
Hal tersebut berdasarkan suatu kisah.
Menceritakan tentang seseorang yang begitu dicurigai beberapa temannya. Tak ada
seorang pun yang percaya apalagi simpati dengannya. Dimata semua orang dia
adalah seseorang bermuka dua. Seseorang yang selalu berbohong dan menebar
fitnah.
Ada sisi lain yang hilang di sini.
Salah paham dan kurang komunikasi. Mudahnya orang berkesimpulan salah, dan
banyaknya bicara yang membuat orang lain terpengaruh.
Saat itu saya cukup menjadi
pendengar, tanpa komentar, tanpa argumen, tanpa ikut berbicara. Datar. Sedikit
egois, saya berkata dalam diri saya. "Itu bukan urusan saya, saya tak
terlalu kenal, dan buat apa mempedulikan aib orang."
Meski tidak ingin mendengar, tetap
saja berita dari kanan kiri mengharuskan telinga ini mendengar. Dari kanan
kiri, akhirnya dapatlah suatu kesimpulan.
Tak ada asap jika tak ada api. Pada
akhirnya, orang tersebut menjadi korban dari perilakunya sendiri. Orang
tersebut memang tidak salah dalam hal tersebut. Tapi perilakunya yang kurang
baik, membuat orang menjadi beranggapan salah.
Orang-orang disekitarnya, hanya
menyimpulkan apa yang mereka dengar dan lihat secara kasat mata.
Menghakimi bukanlah cara yang bijak.
Permasalahan apa, tentu tak akan diperpanjang di catatan ini.
Tulisan di sini hanya sebuah
ungkapan, bahwa apa pun yang terjadi pada diri kita atau orang lain, mata atau
pun telinga tak akan cukup untuk berasumsi.
Sekecil apa pun tindakan kita, semua
akan kembali. Siapa yang menanam, dia yang akan menuai.
Sehingga hati dan akal sangatlah
diperlukan untuk mencerna berita yang masuk. Hati untuk bertanya. Akal untuk
berfikir. Hingga bukti itu terlihat jelas. Hingga tak ada fitnah yang mampir,
atau menjadi salah paham yang tak akan pernah terungkap.
Berkesimpulan salah, hanya akan
membuat penyakit hati. Hati yang sakit, akan terbungkus hitam. Pada akhirnya
sulit menerima obat yang ditawarkan.
Nb: Kejujuran adalah
sebenar-benarnya kebenaran, tanpa samar, tanpa cacat. Sedang kebenaran akan
berbeda versi tergantung cara pandang orang.
9 januari 2014