Kamis, 26 Juni 2014

Catatan Harian

  oleh: Ani Nh Fazia

19 Juni 2013
Bus Goodwill berwarna merah melaju dengan gagah dihadapanku. Lama aku menatapnya. Perlahan, pandanganku mulai beralih ke atas. Melihat Bulan yang belum muncul dengan sempurna. Bulan itu, ia masih bersembunyi dibalik awan.

Aku yang duduk di depan warung baso mengamati deretan bus yang berjejer, berharap 'Caheum-Leuwi panjang' segera muncul.

Sore yang melelahkan ditemani adzan maghrib. Alhamdulillah, masih merasakan nikmatMU.

20 Juni 2013
Orang tua mempunyai jalan pikiran yang sering tak dipahami anak. Meskipun belum pernah merasakan menjadi orang tua, setidaknya mengetahui bagaimana perasaan seorang anak. Seringkali, mereka memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang seorang anak.

Karlina, adik perempuan yang aku sayangi, darinya aku belajar bagaimana rasanya menjadi orang tua. Meskipun sudah sering bergaul dengan murid-muridku yang di TK. Atau adik binaan di SD/SMP/SMA rasanya tetap berbeda. Dengan mereka, kesabaran lebih terjaga.

Dengan adik sendiri, tantangan itu lebih berat. Ah, mungkin ini yang dirasakan para orang tua ketika menghadapi anak2 nya. Ada saja rasa kesal. Tapi dibalik itu semua, ada rasa sayang yang teramat besar.

21 Juni 2013
Betapa tak pernah terbantahkan. Pengerti itu datang dari beberapa buku yang dibaca. Terimakasih atas tulisan-tulisan yang begitu menggugah.

BBM Naik pukul 00.00 Solar: 5.500 Premium : 6.500

22 Juni 2013
Sebuah kejutan yang teramat membahagiakan dari kedua sahabatku. Hadiah yang begitu cantik yang dari dulu begitu diinginkan. Tidak sangka, mereka tahu akan hal itu.

Rahmat, kelimpahan rizky, bahagia, cita-cita/ harapan yang terpenuhi, kesehatan, semoga dilimpahkan untuk keduanya pun keluarganya. Kebaikan sekecil apa pun akan ada balasannya. Maka kebaikan teramat besar, untuk mereka. Jika diri ini tak mampu membalas, Allah adalah pemberi balasan yang paling tinggi.

24 Juni 2013
Mimpi adalah bunga tidur. Pun dengan hari ini. Seindah-indahnya mimpi, tetaplah mimpi.

30 Juni 2013
Bertepatan dengan milad young brother, ada MUSCAB juga di Merkuri Timur.

13 Juli 2013
Manusia hidup dengan masalah. Karena jika tidak punya permasalahan, kapan dia akan diuji. Sama seperti hari ini.

30 Juli 2013
Selalu merasa rindu dengan tempat ini. Dengan Mesjid Salmannya, dengan Taman Ganesa nya, dengan ISTEKnya..

9 Agustus 2014
Perjalanan setelah idul fitri. Berangkat menuju Jawa Tengah

14 Agustus 2014
Pulang kembali, langsung bersih-bersih rumah. Bandung tetap lebih nyaman.


16 Agustus 2014
Terkadang berfikir, apa seh enaknya jadi pendaki gunung? Mempunyai cita-cita menaklukan puncak gunung? Ini seperti cari mati dengan sia-sia. Tapi, kalau dilihat sisi positifnya, memang ada kebahagiaan tersendiri setelah sampai puncak. Seperti dalam film "5 CM" yang baru saja ditonton. Penggambaran yang luar biasa. Maha Suci Allah yang telah menciptakan dunia begitu indah.

Melihat aliran air di pertengahan gunung Semeru (seperti danau / laut/ telaga/sungai yang begitu luas). Entahlah! Jernih sekali.

Di paling atas, tepatnya di puncak gunungnya, kita dapat melihat gumpalan awan. Mereka menari, bereaksi seperti riak air, riak ombak, dan terasa sejajar dengan kita. Seolah kita berada di atas samudra awan.

2 Mei 2014
Sore ini aku sengaja membawa kursi ke Loteng jemuran. Bukan untuk menggunting baju, tapi menggunting daun kering dan layu, yang melilit ke antene TV. Entah kenapa, setiap melihat daun kering yang layu/ kering, selalu ada rasa gatal dan pensaran untuk segera mengguntingnya. Memisahkan dengan tanaman yang masih bagus, lalu dengan isengnya mengaduk-aduk tanah dalam pot. Tujuannya seh, biar gembur.

Teringat masa lalu. Gara-gara kebiasaan ini juga, beberapa waktu lalu pernah salah menggunting tanaman. Aku kira tanaman itu benalu dan beberapa sudah terlihat kering. Ternyata binahong. Maka dengan kejam kupangkas habis.

Parahnya lagi, akar paling bawah tak sengaja kutumbangkan. Batang pertengahan yang menuju ke akar tak sengaja dipotong. Akibatnya, tanaman pare dan binahong yang marambat dari tengah ke atas, layu dengan cepat.

Mamah tentu marah, sementara aku hanya tertawa canggung. Antara malu, lucu, dan menyesal. Betapa cerobohnya.

Sekarang sudah ada tanaman Pare yang baru.

Paling senang itu melihat Lidah Buaya dan daun Strawbery. Mereka unik dan cantik.

Sampai akhirnya, Adzan Maghrib berkumandang. Kuhentikan acara gunting menggunting. Kunikmati suara merdu itu. Sementara mataku takjub menatap langit. Bibirku bertasbih hangat. Ada doa yang kupanjatkan, khusyu.

Maka setelah adzan berhenti, tugasku selesai. Kembali ke bawah dan membawa kursi untuk disimpan kembali. Daun-daun kering itu belum semuanya kugunting.

Biarlah, esok akan kusapa kembai mereka.

Sudah ah..selesai
Suka

Rabu, 11 Juni 2014

Iseng


11 juni 2014

Sama seperti kemarin, secangkir teh hangat lagi-lagi menemaniku. Kali ini sengaja tak langsung kucuci cangkirnya. Sebuah tutup berwarna merah kuletakkan di atas cangkir sembari duduk diam, mengamati. Sebenarnya ini hanya buang-buang waktu, tapi iseng sekali ingin memperhatikan.


Lama-lama ternyata bosan juga.

Dari arah bawah, mamah memanggil. Maka segera kutinggalkan cangkir itu dan pergi menghampirinya. Tidak lama rasanya.Tapi saat aku kembali serasa ada yang berbeda dari cangkir tersebut.

Cangkirnya masih tertutup rapat. Disekitar cangkir juga tidak ada semut seperti perkiraanku. Alhamdulillah, cangkir bersih dari semut.

Dengan rasa senang yang masih sama, aku membuka tutup cangkir itu. Subhanallah, begitu kaget. Mendadak raut wajahku berubah, Semut-semut kecil itu sudah berada di dalam cangkir. Bertumpuk di bawah.

Cepat sekali mereka masuk. Tanpa jejak, tanpa diketahui asal muasal keluarnya. Tahu-tahu sudah "anteng" di dalam cangkir. Ah, lagi-lagi aku melewatkannya.







Rabu, 04 Juni 2014

Kurangnya Cinta Kebersihan



Sering heran melihat orang yang membuang sampah di sembarang tempat.  Parahnya. bukan hanya membuang sampah, tapi jelas-jelas menyapukan sampah dari halaman rumah ke jalanan. Sampah-sampah tersebut dibiarkan berserakan di depan halaman rumah.  Terbang-terbang, dan akibatnya mendarat di mana- mana, bahkan di depan halaman rumah orang. Hal ini tentu merusak pemandangan dan kenyamanan orang lain.

Niat baik ingin memberi contoh. Maka tiap pagi sampah-sampah itu dibersihkan, di sapu dan dibuang ke tempat sampah di rumah. Lama hal itu berlangsung, akan tetapi yang bersangkutan tidak mengerti. Akhirnya jadi terbiasa.  

Serba salah, sehingga terciptalah tulisan ini.

Selasa, 03 Juni 2014

Ayah


3 Juni 2014 

Dulu aku merasa sungkan padanya. Padahal kenapa juga harus sungkan, toh beliau orang tuaku. Tapi tetap saja, rasa sungkan dan takut merepotkan itu tetap ada

Masih teringat dalam memoriku. Terekam jelas. Ketika aku masih duduk di bangku SD. Saat hujan deras, lelaki itu datang menjemput, membawakanku jas hujan. Bahkan menyusul ke rumah teman jika aku pulang kesorean.

Sampai akhirnya, setelah besar begini. Bahkan setelah kuliahku berakhir, lelaki itu masih bersedia mengantar jemputku ditengah kesibukannya

Aku memang dekat dengannya. Dengan lelaki bermata sayu itu. Darinya, aku belajar banyak. Betapa dia adalah orang yang begitu aku sayangi.

“Seberapa hormatnya kamu pada Bapak. Tetap, ibumu harus jadi yang utama di atas Bapak. Ingat  kata-kata Rasulullah, orang yang harus kamu sayangi adalah ibumu, ibumu, ibumu. Sampai disebutkan tiga kali. Baru setelahnya bapakmu!” kata-kata bapak selalu dapat kuingat dan kuhayati. 

Sebarapa sayangnya aku pada bapak. Ibu tetaplah yang pertama, kedua dan ketiga. Setelahnya baru bapak.
Meski bapak orang ke empat. Di sini, di dalam hati. Ia punya tempat tersendiri bagiku. 





Selasa, 15 April 2014

Sekilas Pendapat,,, Totto- Chan’s Children


Sekilas Pendapat  dalam buku..


Totto- Chan’s Children (Goodwill Journey to the Children of the World)
Anak-Anak Totto-Chan (Perjalanan Kemanusiaan Untuk Anak-Anak Dunia)

Oleh : Ani Nh Fazia

Buku ini bukanlah cerita fiksi berupa novel atau pun cerpen, tapi non fiksi berupa kisah nyata dalam perjalanan seorang Duta Kemanusiaan, Tetsuko Kuroyanagi ( bernama kecil Totto-Chan). Buku Totto- Chan’s Children (Goodwill Journey to the Children of the World) ini terdiri dari tiga belas bab jurnal perjalanan kemanusiaan dari berbagai negara. Tiga belas bab yang dibahas menyangkut negara-negara yang mempunyai permasalahan yang cukup serius, terutama permasalahan yang berkaitan dengan perekonomian dan gizi anak.  Ketika kita membaca 13 kisah yang diceritakan Kuroyanagi, kita dapat mengambil satu pemahaman bahwa, tidak semua orang seberuntung kita.

Di negara-negara yang telah diceritakan Kuroyanagi, bayak anak yang menjadi pelacur, tidak berpakaian, tidak beralas kaki, menderia kekurangan gizi, menderita penyakit  tetanus, diare, AIDS, juga penyakit-penyakit menular lainnya yang akhirnya merenggut nyawa mereka.  

Begitu banyak kerugian yang dialami setelah terjadi perang.  baik itu perang antar negara, perang antar ras, perang antar etnis, atau pun perang saudara. Beberapa negara yang tadinya makmur, subur, bahkan menjadi penghasil minyak , semua hancur setelah terjadi perang. Tidak hanya itu perekonomian mengalami inflasi akibat perang. Banyak anak yang terganggu psikologisnya setelah terjadinya perang. Bagi negara-negara yang hancur akibat perang, akan sangat sulit memperbaiki negara mereka, agar kembali seperti semula.      

Hampir di semua negara yang diceritakan, mengalami kekeringan dan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi.

Menarik kesimpulan dari semua yang terjadi. Sebenarnya apa yang terjadi dengan negara-negara itu, “Kebodohankah? Persentae literasi yang burukkah? Rasa kepercayaan yang hilangkah? Kondisi alamkah?” atau “Kerusakan alam yang dibuat sendiri? Kebijakan Pemerintah? Kurangnya penyuluhan? Kurangnya kepedulian sesama? Ambisi? Perebutan Kekuasaan? Apakah rasa keyakinan mereka terhadap tuhan telah hilang?” Saya berfikir semua pertanyaan yang saya ajukan itu mungkin  benar, akan tetapi ada pertanyaan yang paling mendasar dari semua itu, “Mungkinkah Islam dapat menjadi solusi bagi semua permasalahan yang terjadi?”  Karena hampir di semua negara yang diceritakan, mereka semua kekurangan rasa spiritual dan sosial-emosional yang tinggi. Mungkin teman-teman yang lain mempunyai pendapat lain, mohon berbagi. J

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Kita bisa bernafas bebas. Sedangkan mereka?

Di saat mereka kelaparan, begitu mudahnya kita membuang makanan. Di saat mereka membutuhkan pakaian tertutup untuk melindungi tubuh mereka, di Indonesia para wanita begitu senang memakai pakaian kurang bahan dengan sengaja. Di saat mereka kekurangan air, di sini kita dengan seeanknya memakai air tanpa takaran, dan membuang air tanpa berdosa. Di saat mereka kekurangan gas dan listrik untuk memasak, kita berbondong-bondong menggunakan semua barang elekronik yang begitu banyak menguras energi. Di saat mereka tidak berdaya karena perang, di sini kita malah begitu enaknya merasakan kebebasan yang sebenarnya tidak bisa dikatakan bebas.

Buku ini memberi suatu wawasan yang begitu luar biasa, dan akan lebih baik apabila kita mengapresiasi dengan cara yang baik pula. Bersyukur!