3 Juni 2014
Dulu aku merasa sungkan padanya. Padahal kenapa juga harus
sungkan, toh beliau orang tuaku. Tapi tetap saja, rasa sungkan dan takut
merepotkan itu tetap ada
Masih teringat dalam memoriku. Terekam jelas. Ketika aku
masih duduk di bangku SD. Saat hujan deras, lelaki itu datang menjemput,
membawakanku jas hujan. Bahkan menyusul ke rumah teman jika aku pulang
kesorean.
Sampai akhirnya, setelah besar begini. Bahkan setelah
kuliahku berakhir, lelaki itu masih bersedia mengantar jemputku ditengah
kesibukannya
Aku memang dekat dengannya. Dengan lelaki bermata sayu itu.
Darinya, aku belajar banyak. Betapa dia adalah orang yang begitu aku sayangi.
“Seberapa
hormatnya kamu pada Bapak. Tetap, ibumu harus jadi yang utama di atas Bapak. Ingat kata-kata Rasulullah, orang yang harus kamu sayangi
adalah ibumu, ibumu, ibumu. Sampai disebutkan tiga kali. Baru setelahnya
bapakmu!” kata-kata bapak selalu dapat kuingat dan kuhayati.
Sebarapa
sayangnya aku pada bapak. Ibu tetaplah yang pertama, kedua dan ketiga.
Setelahnya baru bapak.
Meski bapak
orang ke empat. Di sini, di dalam hati. Ia punya tempat tersendiri bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar