Kamis, 16 Juni 2011

DEFINISI CINTA “ Suka-suka ente?”



oleh : Ani. Nh Fazia
Cinta? Apa sih cinta itu?  
Terkadang kita sulit untuk mendefinisikan secara pasti apa pengertian cinta. Berikut pengertian cinta menurut pendapat beberapa teman saya, bagi yang merasa pendapatnya saya ambil tanpa izin, ups,,,maafkan, berbagilah sobat! Sepakat,,Hahaha
Cinta itu makan hati
Cinta itu pink
Cinta itu semu
Cinta itu pengorbanan
Cinta itu riweuh, rudet, jlimet
Cinta itu adalah seperti mencari dan memilih bintang di langit
Cinta itu adalah penyemangat hidup
Cinta itu, dimana saat bersamanya menjadi penting dan berarti
Cinta itu cerita indah namun tiada akhir
Cinta itu ”cileh na mata” ( bahasa sunda, cuy!)
Cinta itu adalah sesuatu yang flexible, terkadang membuat indah terkadang sebaliknya yang dapat meluluhkan atau menambah iman seseorang
Cinta itu ketika kita tak henti memikirkan seseorang
Ada juga yang mendefinisikan cinta menurut plato yang diibaratkan seperti sebatang pohon.
Dan masih banyak pendapat lainnya  yang beragam , Intinya adalah cinta itu sesuka-suka Anda memaknainya.
Tapi benarkah seperti itu?   
Bagi sebagian orang yang tidak menyukai bahasan mengenai cinta, pasti dia akan merasa kontra atau mungkin merasa ‘jijay’ ngomongin soal ciinta.
“Apaan seh, ga penting?”
“Makan aja tuh cinta?”
“ Lebay banget, hari gini ngomongin cinta?”
 Atau malah, “ bosen gue. Apa ga da bahasan lain selain ngobrolin soal cinta?”

Nah, dari pada saya jadi terdakwa neh, untuk sementara saya memilih jalur netral saja ah. Hihi.
                Sobat, jangan pernah main-main deh apalagi sembarangan ngobral soal cinta. Gaswwat! Bisa berabe tuh urusan. Kalau udah kena “virusnya” 'n ga kuat  iman, matilah kita!  Aits, bukan mati dalam arti sebenarnya neh!  Maap-maap aje,  maksudnya adalah mati tanda kutip (“). Ngerti lah!
Akibatnya, banyak orang yang frustasi gara-gara cinta, timbul iri dangki, cemburu sana-sini, rasa memiliki pada yang di cinta, dan seabrek perasaan lain yang cuma buat capek hati. Emang dia mikirin situ apa? Hayo lo!
Guys and girls, saya juga ga muna, emang ga bisa dipungkiri seh,  terkadang cinta itu indah, tapi dalam waktu bersamaan..... WOW dia bisa langsung melemparkanmu seketika! Gejluk! Drop out! Wah-wah sudah jatuh ketiban truk pula..serem  banget.
“Jadi intinya apa? belibet banget seh?” SABAR-SABAR.
Jadi begini lho sobat, cinta itu harus diberikan pada orang yang bener?
“Siapa-siapa?”
“Halah, jangan bilang kalau jawabannya Allah! Teoritis, apa ga ada jawaban lain yang lebih kreatif?”  Apakah seperti itu jawaban dalam pikiran  Anda?  Hmm, tapi begitulah keadaan yang sebenarnya ! Kalian ‘ndiri udah pada mikir ke sono, berarti ga usah cape-cape ngomong donk,  ya?
Sadar atau gak, cinta dengan Allah itu ga bakalan patah hati, beneran deh!
Saya kasih bocoran dikit saudara-saudara, sebelum kalian cinta dengan makhluk yang bernama manusia, kalian kudu bener –bener cinta dulu ma pencipta kalian. “ Rayu dulu Allah, buat Allah terkesan, baru  tah, kita mau apa, pasti Allah kasih.”
Pertanyaannya adalah, “Gimana kalau kita udah mohon-mohon tapi ga dikabulin?” Yeeee,,,,,,Itu mah derita lo kali,hehe.
Tenang2, bisa jadi ga dikabulin itu karena banyak faktor, mungkin doa kita memudharatkan orang lain “pasalnya Allah itu ga ngabulin satu/dua permintaan orang ”Seabrek noh!” bisa jadi Allah lagi berfikir, ‘ siapakah yang bakal dibantuin terlebih dahulu? ‘
Diantara segudang manusia yang berjubel jumlahnya, ko semua orang minta dirinya dijodohkan dengan si “A (nama samaran)” ini, gimana ga puyeng tuh? Kenapa banyak orang yang tertarik dengan si “A” ?
Nah, disinilah Allah lagi nyoba kalian, ngetes ceritanya, mana kira2 hambanya yang paling tahan uji untuk dijodohkan dengan seseorang  yang diperebutkan ini. Hahaha.
Ga usah pake acara mau bunuh diri lah, ga enak makan lah, apalagi sakit gara2 mikirin orang yang belum tentu jadi hak kita! Inget, Allah itu pencemburu. Mau lihat Allah cemburu? Ga kan. Jadi ya, yang wajar2 aja, he oh. Suka boleh, tapi seadanya aja.  Kagak  usah aneh-aneh!
Neh dia, definisi cinta menurut saya, simple aja sebenarnya, “ Hohoho,  Cinta itu adalah suatu rasa yang mendekatkan kita dengan Allah,” teoritis lagi dah!
Saya punya cerita neh, pasang mata gede-gede,  “Ada seorang lelaki yang dia itu mengikuti liqo cuma untuk cari jodoh doank ? (tau liqo kan, mosok kaya gitu aja kagak tau!).  Wajar2 aja seh, tapi apa bener niat liqo  cuma buat cari jodoh? Intip jawaban di bawah ini:
Jawabannya simple, gini kata Allah, ” Kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau. Jika kamu berharap dunia, maka dunia itu akan kamu dapat. Tapi jika kamu berharap akhirat dengan jalan di dunia, maka keduanya akan kamu dapat. So?!?”
Jika kamu ingin jodoh? Tuh Allah kasih buat kamu? Tapi untuk akhlaknya? Allah ga jamin ya. “Gimana amal-amalan.” Hhha
Tapi, kalau dia ikutan liqo itu hanya mengharap keridhaan Allah semata, lain urusan itu mah. Bukan cuma ilmu yang bakal dia dapat, tapi dia juga bakalan dapat pasangan yang shaleh.
Jadi, buat kalian yang terjerat dengan namanya cinta dengan lawan jenis “ BEWARE!”

Ada cara jitu yang mau saya bagi dengan kalian untuk memandang  cinta versi  lain:
1.       Cintai dan pacaranlah dengan seseorang sesudah kalian menikah dengannya. “Kalau sebelum gimana, pake ngatur-ngatur segala?”  Terserah Anda lah, toh saya udah kasih tahu kan, pacaran udah nikah, titik. “Jodoh yang baik itu  untuk orang yang baik juga, cuy!” . Gue ga asyik ah, apa iya? Bukannya ente yang kagak ngarti ya.hh
2.       Cari ilmu dari mana pun, sebanyak-banyaknya, dan terapkan. (Contohnya: cari pandangan tentang ilmu cinta yang hakiki).  Kita bisa kaya dengan ilmu, bisa pinter, dari pada mikirin yang ga penting, mending mikirin yang lebih manfaat. Tul ga?
3.       Ngabdi dulu ma ortu. Malu donk, udah gede!
Bayangkan seusia Anda –Anda ini, yang udah seneng ke lawan jenis,  tapi kelakukan masih aja kagak ada hormat-hormatnya ‘ma yang namanya ortu ! Ngelawan lah, minta duit, ngancem, marah2 , boong pula, (Ngaca woy! Emang cari duit gampang apa? Coba kerja ! Nah “situ” udah di gedeini, disekolahin, dibiayain, di kasih makan ‘n kasih sayang, seenake dewek “ Ngenyek2 ortu” dosa noh! Ihh,,
4.       Sekarangmah jangan mikir cari cinta, mikirnya cari pasangan hidup sesuai yang disyariatkan Allah. Dunia akhirat! Gitu ja dah!
5.       Persiapan ja dulu, ye! Siap dalam segala hal. Bekel ilmu, bekel  akhlak baik, bekel materi, bekel umur, bekel persepsi / pandangan yang sama, rohani dan jasmani pokokna mah . Jangan cuma OMDO soal cinta, persiapan kagak ada. Malu cuy!
6.       Nah ini intinya,,,inget ma tujuan hidup kita sebagai manusia. IBADAH! Setiap manuisia itu pemimpin, dan tugas hidup manusia itu untuk beribadah ke Allah, mengajak manusia untuk kembali ke jalanNya. Bilih we aya nu menceng, atanapi  belok, sugan we tiasa di surungkeun deui  ambeh lempeng ka lalan nu leres. Stt... sebagai seorang khalifah kita punya tugas penting, misi penting sebelum ke bagian cinta.  Apakah itu? Nah itu, tanya pada ahlinya? 
Kalau menurut kalian tulisan saya ini ga jaman. Itu kan baru pendapat kalian. Sirik itu tanda tak mampu. Bukan maksud menyindir, lho!! Hehe,,,Walahu’alam bi shawab. DILARANG SAKIT HATI, Kita kan friends, yah,,,yahhh!
                Belum selesai,,, neh,,sebenarnya  yee, tulisan yang saya buat di atas ntuh, saya tujukan buat para remaja (SMA sederajat). Jadi, buat kalian yang udah ngherasa ga remaja lagi, maksudnya dewasa gitoh, yaaa   agak-agak kolot dikit hehe, ga apa-apa deh kali2  baca cerita yang ringan kaya beginihh!
                Ho oh.,,,,

Senin, 13 Juni 2011

Belajar Dari Anak

Oleh : Ani. Nh Fazia
Pernahkan Anda sekalian mendengar kata-kata seperti ini:
JIka anak dibesarkan dengan celaan,
dia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
dia belajar menentang.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
dia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan rasa malu,
dia belajar merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
dia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
dia belajar menjadi penyabar.
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
dia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan,
dia belajar mencintai.
Jika anak dibesarkan dengan peneguhan,
dia belajar untuk menyukai diri sendiri.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran,
dia belajar kesejatian.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
dia belajar untuk mempercayai diri sendiri dan orang lain.
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan,
dia belajar bahwa dunia adalah tempat yang indah untuk hidup ( oleh Dorothy Law Nolte)

Bagi para orang tua yang baru saja mengetahui kata-kata di atas, saya ucapkan selamat untuk segera mempraktekannya.  Meskipun, saya juga tidak terlalu yakin, kalau orang tua yang  sudah mengetahui tulisan itu beberapa waktu lalu, apakah mereka  telah mempraktekannya, atau mungkin hanya dianggap angin lalu ?
 Apakah Anda tahu, anak adalah aset yang paling berharga?
Lantas, ketika Anda dititipi anak oleh sang Pencipta, kenapa Anda justru menjadikannya objek sasaran baku tembak yang siap di DOOR, atau dijejali dengan segudang keinginan Anda. Lebih parahnya lagi, anak  dijadikan sesuatu tak nilai yang bisa dikendalikan.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang bahasan di atas, marilah kia berjalan-jalan untuk mendengar kisah yang satu ini. Entahlah, apa nyambung atau tidak dengan bahasan?

Di  ambil dari buku berjudul, “Anakku Seorang Skizofrenik !” yang ditulis oleh Beth Henry dan Vincent L. Pastore, Ph. D.
Buku tersebut menceritakan tentang perjalanan seorang ibu tiri dalam menangani seorang anak skizofrenia.
Awalnya, anak tersebut sehat walafiat alias normal. Namun, sang ibu kandung kurang memperhatikan kondisi anak. Dia bersikap acuh tak acuh kepada anaknya sendiri. Sang ibu kandung dan sang ayah pun kerjanya hanya menghabis-habiskan waktu untuk perang mulut. Walhasil, cerailah keduanya.
Sang anak berhasil di ambil hak asuhnya oleh ibu kandungnya. HOREY!!! Begitulah cinta yang tidak di dasari dengan keimanan dan nafsu sesaat “PUTUS TENGAH JALAN!”
Apakah sang anak bahagia ,,,tunggu dulu Bu, Pa!!! Kenyataan berkata lain, mulai dari pakaian, makan, kegiatan, perlakuan, semua amburadul.
Si ibu malah lebih menghabiskan waktu dengan kekasih barunya, si ibu juga sering menitipkan anaknya untuk di asuh dan di rawat oleh kekasihnya itu. Perlahan, anak yang sangat manis itu berubah menjadi kumal, tidak terawat, parahnya lagi mungkin menjadi seorang “MONSTER”
Si Ayah yang melihat kondisi anaknya tidak terurus memutuskan untuk membawa sang  anak tinggal bersamanya. (Sebenarnya, saya sedikit lupa cerita .hehe;p ). Sang ibu kandung menyetujui dan mengizinkan sang ayah untuk membawa anaknya tersebut.
Saat itu, si ayah sudah menikah dengan wanita lain. Dia juga sudah mempunyai anak dari istri barunya. Ketika di bawa kehadapan ibu tirinya. Waww, sang ibu tiri kaget luar biasa ,,,anak tirinya itu benar-benar dalam kondisi mengkhawatirkan, kurus, kering dan tidak terawat.
Sang ibu tiri yang baik itu pun merawat anak tadi dengan kasih  sayang tanpa membeda-bedakan.
Parahnya adalah, anak tersebut benar-benar sudah menjadi iblis. Kenapa di sebut iblis?

Inilah beberapa tingkah laku yang sangat tidak wajar dilakukan anak:
Dihadapan yang lain si anak bersikap manis, namun di suatu waktu dia bisa berubah menjadi sosok lain yang sangat beebeda. Anak ini mempunyai kepribadian ganda yang sulit di tebak. Sering sekali si Anak menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama dengan suatu makhluk yang sebenarnya tidak ada. Dia memanggil makhluk itu dengan sebutan setan.
 Halusianasinya telah mencapai tingkat tinggi yang terkadang dia sendiri tidak menyadari mana yang halusianasi dan mana yang asli. Dia mempunyai dunia sendiri yang tidak bisa dimasuki atau dijamah siapa pun.
Di sekolah, anak tersebut sering bersikap tidak normal. Pasalnya, dia selalu mengganggu anak perempuan dan dengan sengaja memegangi kemaluan anak perempuan tersebut.
Anak itu tak henti membuat kekacauan, dia bahkan sering memukul teman-temannya, dan bersikap tidak senonoh terhadap teman perempuannya.
Bukan hanya itu, dia juga tidak segan-segan menancapkan pinsil pada kedua bola mata sang kakak tiri. Anak itu tidak pernah menyesal dengan perilakunya, dia malah merasa senang dan puas telah melakukan hal tersebut.
Nafsunya untuk melukai orang-orang disekitarnya benar-benar tidak terkontrol. Dia bahkan tidak segan untuk membunuh orang. Padahal usianya baru 5 tahun. Anda bayangkan, anak sekecil itu????!!!
Meskipun sang ibu tiri selalu memberikan cinta kepada sang anak, rupanya hal tersebut tidak berpengaruh sama sekali.
Anak tersebut malah sering melakukan berbagai cara untuk melenyapkan nyawa adik bayi tirinya.
Pernah suatu waktu si anak dengan sengaja mengambil pisau dan hendak menghunuskannya ke adik bayinya itu. Ibu tirinya yang melihat kelakuan anaknya merasa ketakutan, ia berlari mengambil bayi itu dan berusaha menghindari sang anak.
 Sang anak yang melihat ibunya ketakutan hanya tertawa dan mengejar puas. Menggedor-gedor pintu yang dikunci sembari membawa-bawa pisau.
Hal apakah yang menyebabkan anak sedemikian parahnya? Segala obat telah dicoba, ia pun telah menjalani pengobatan di rumah sakit dengan biaya yang sangat mahal. Tetap saja, usaha ini sia-sia.
Bapak dan ibu tahu kenapa? Karena anak tersebut menderita penyakit skizofrenia. Suatu penyakit yang sampai saat ini belum ada satu pun obat yang bisa menyembuhkan kecuali mengurang gejalanya saja.

            Sebenarnya, apa penyebab anak mengalami gangguan yang luar biasa seperti itu? Tekanan apa yang melatar belakanginya?

Ternyata, anak yang tadinya normal tersebut mendapatkan perlakuan yang amat biadab dari kekasih ibu kandungnya.
Tiap pagi , si anak di suruh menyedot alat vital si kekasih ibunya. Si anak mengaku, ia merasakan dari alat vital yang di sedot itu keluar cairan berwarna putih yang selalu di makannya tiap pagi. Kekasih ibunya itu pun sering sekali menyiksa anak dan memasukannya ke kamar mandi, merendamnya selama berjam-jam di dalam bak.
Itu bukan apa-apa.,,    Hal yang paling mencengangkan adalah perlakuan dari ibu kandungnya sendiri yang tidak waras. Sangat tidak masuk akal?
Apa mungkin ada seorang ibu yang dia sendiri menodai kehormatan sang anak. Sang ibu sering menggigit dan menyedot alat vital anak tersebut, berbuat tidak senonoh kepada anak kandungnya sendiri. Perbuatan yang membuat siapa pun yang mendengar merasa sesak dengan perbuatan sang ibu.
Apakah anak tersebut sembuh?  Sampai di penghujung cerita, anak tersebut tidak dapat kembali ke sifatnya seperti sedia kala. Panyakit yang pada akhirnya harus membuatnya tinggal di rumah sakit khusus.
Cerita ini benar-benar di ambil dari kisah nyata !! Baca selengkapnya, dengan membeli bukunya, hehe.

Kembali ke topik, seringkali orang tua berkata “Surga itu ada di telapak kaki, ibu.” “Seorang anak harus patuh dan taat kepada orang tuanya!”
“Jangan jadi Anak durhaka, Kamu!”
Ya, itu memang benar adanya. Tetapi, apa Anda tidak pernah merasakan menjadi seorang anak?  Kilas balik, bagaimana rasanya?
Sebagai orang tua yang bijak, tentu akan lebih baik lagi jika kita memahami dan mengenali kondisi psikologis anak. Cobalah untuk memaafkan kesalahan anak, duduk bersama-sama dengan anak, menjadi teman berbaginya dan lakukan pendekatan yang baik dengan anak.
Semakin dewasa seorang anak, maka keegoannya semakin tinggi, dia menjadi sosok yang tidak mau di tentang dan di atur. Dia ingin bebas, dia ingin keinginannya di dengar oleh orang tuanya.
Orang tua pun tentu seperti itu, merasa tinggi, ingin di hormati, ingin di segani, ingin anaknya tidak melawan dan ingin anaknya bersikap tidak memusuhi.
Tapi kita harus ingat!
Anak bukanlah robot atau malaikat yang diam dan tunduk mengikuti semua aturan. Anak kita adalah milik Allah , dia itu hanya titipan sementara.
“ Keteladanan itu lebih ampuh dan bermakna  dibanding dengan seribu kata-kata!” Jika Anda menginginkan anak anda menjadi seseorang yang taat. Maka penuhilah hak-hak anak. Anda tahu betapa Rasulullah adalah seseorang yang begitu penyabar dalam menghadapi anak-anaknya?
Anak yang baik, dihasilkan dari cara didik yang baik. Bukan dalam artian mengerasi anak atau malah memanjakan anak secara berlebihan.
Sebagai contoh :
Bagaiaman perasaan anda ketika melihat anak anda pulang malam, tanpa memberi kabar sebelumny? Apa anda akan mengacuhkannya dan bersikap tidak peduli atau Inilah hal yang mungkin anda berkata, “Kemana saja kamu, pulang jam segini, ga malu apa?”
Sadar atau tidak, sikap acuh dan kata-kata tersebut secara tidak langsung telah menjauhkan diri Anda dengan sang anak. Telah membuat garis pemisah yang sangat lebar, telah membuat pengurangan harga diri Anda dihadapan sang anak, telah membuat ketakutan sekaligus penanaman rasa benci dalam diri anak untuk mulai berontak.
Akan ada respon lain (positif) ketika Anda berkata, “Baru pulang, sayang? Kamu bersihkan muka dulu ya, ibu nanti mau berbicara sebentar sama kamu, “ ucapakan hal tersebut dengan suatu sentuhan yang ditujukan kepada anak.
Survey membuktikan, suatu hubungan akan semakin harmonis jika di dalam hubungan tersebut terdapat kontak fisik secara langsung “meski pun hanya sebuah sentuhan kecil ,”
Anda jangan merasa malu berbuat seperti itu, ke anak kok malu ?!
Anda juga jangan merasa gengsi  untuk mengucapkan maaf  atau sekedar mengucapkan terimakasih  kepada anak. Bukankah itu hal yang baik untuk membiasakan anak melakukan hal yang sama seperti yang Anda lakukan?
Cerita lain agar anak Anda ter-ajak tanpa merasa diajak. Pertanyaanya adalah, bagaimana  cara Anda dalam mempengaruhi sang anak?  Kita ambil  “ SHOLAT!” sesuatu yang terkadang sulit diterapkan kepada anak.
Mungkin Anda akan marah-marah jika anak di suruh shalat tapi tidak mau, atau malah bersikap  masa bodoh karena mengnggap anak masih kecil. Jadi untuk shalat “ ga perlu2 amat.”
Ingat pembiasaan itu di mulai dari kecil. Jika anak dibiasakan sedari kecil, maka kebiasannya tersebut akan terbawa hingga dia dewasa.
Untuk mengajak anak shalat beri ajakan seperti ini,  “ Siapa yang mau ke Syurga, di syurga enak lho kita bisa minta apa pun yang kita mau. Tempatnya juga indah, banyak mainannya, banyak makanannya. Nah, Kalau mau lihat syurga, kita harus rajin shalat . Siapa yang mau shalat bareng Bapak? Yuuu,,,,”
Lebih efektif mana dengan kata-kata ini,” Anak-anak, ayo kita shalat. Kalau ga shalat nanti masuk neraka. Mau ga masuk neraka ?Ihh,” kata-kata ke dua ini lebih ke pengancaman, belum apa-apa anak sudah takut duluan.
Atau mungkin, “Cepet shalat, lelet amat! Kamu udah gede, mikir, mau jadi apa kalau ga pernah shalat? Wah-wah, kata-kata ini malah lebih keren lagi.( sebaliknya,,hiyy)
Tiga-tiganya bisa di pakai, tapi pikirkan mana kata-kata yang lebih baik bagi psikologis anak?
Tentu saja sebelum Anda mengajak, Anda harus terlebih dahulu mempraktekan dan mencontohkannya. Jangan hanya menyuruh anak, Anda sendiri tidak pernah melakukannya! Apa mungkin di dengar oleh Anak?

            Ketika saya mengajar di suatu TK, saya menemukan berbagai macam karakter anak.  Ada anak yang diam, cerdas, pasif,  terlalu aktif (sering menjahili teman-temannya), dan juga berbagai krakter lain yang unik.
Kita tidak bisa menyalahkan anak dengan berbagai perilaku yang menurut kita “sangat menjengkelkan!”  Cobalah mulai untuk memahami karakter anak.
 Anda orang tuanya, jadi anda yang paling mengetahui bagaimana kondisi anak. Separah-parahnya kondisi lingkungan luar / pergaulan di luar rumah, hal tersebut tidak akan mengefek kepada anak selama anak diberikan pondasi  yang kuat mengenai keimanan dan taqwa, tanggung jawab, kepercayaan, dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Senakal-nakalnya anak, jangan pernah mengatakan anak itu adalah anak yang nakal. Tapi pujilah dia dengan sebutan “Anak yang Shaleh dan Baik.” Pujian dapat  memberikan  suatu keberanian dalam dirinya untuk mengatakan “ Saya itu seseorang yang baik, ibu saya saja sering memuji.”
 Berbeda dengan sikap anda yang sering mengejek anak, atau malah mencap anak dengan sebutan anak nakal. Anak bukannya jera dengan hal itu, dia malah akan bertanya dalam dirinya, “Apakah saya benar-benar nakal? Saya itu anak bodoh yang nilainya selalu jelek? Ya sudah, kalau begitu anggapan ibu, saya akan benar-benar seperti apa yang dikatakan mereka.
            Keberhasilan seorang anak itu sebenarnya tergantung dari bagaimana orang tuanya dalam mendampingi sang anak, terutama peranan seorang ibu tanpa mengesampingkan ayah.
            Seorang Toto Chan  tidak akan besar tanpa ibu yang mendampingi, seorang Thomas Alfa Edison tak akan menjadi ilmuan tanpa bimbingan sang ibu, atau seorang Jamil Al-jaini tidak akan menjadi seorang motivator tanpa suntikan motivasi dari sang ayah.  Ya, banyak orang-orang besar yang tadinya dianggap tidak berhasil tapi malah menjadi orang yang sukses. Siapa dibalik semua itu. Ibu dan ayah tentunya! Ibu dan ayah yang bijak yang selalu memberi dorongan  kepada sang anak.
Ingat, bagaimana anak kita nanti, mau seperti apa anak kita? Tergantung dari orang tuanya sendiri yang menamankan perilaku awal.
Anak itu seperti kertas putih, mau seperti apa nantinya, orang tua lah yang terlebih dahulu mengukirnya pada kertas putih itu.
Semoga tidak puas. Banyaklah membaca, banyaklah memahami, banyaklah mengerti, banyaklah mendengar dan banyaklah belajar barulah Anda akan memahami bagaimana orang tua harus bersikap terhadap anak. Setelah itu, berbagilah cerita kebehasilan Anda dengan saya,,maksudnya dengan orang-orang di sekitar Anda.;)
Warisan yang paling berharga yang diberikan kepada anak bukanlah harta tapi ilmu. Ilmu yang jika dibagi  bukannya berkurang tapi bertambah, ilmu yang tidak harus di jaga malah akan menjaga.
Ya, ilmu yang membuatnya menjadi kaya dengan kearifan, ilmu yang membuatnya menjadi seorang yang bijak, ilmu yang membuatnya menjadi anak shaleh/ shalehah kebanggaan bagi kedua orang tuanya.
Tegas dan disiplin, bukan berarti keras
Sementara kasih sayang bukan berarti berlebihan
Semua ada porsinya.
Walahu’alam bi shawab.

Juara Lomba Esay Ke III dalam Kuliah Kepenulisan II FLP Bandung- Belum Di Edit Ulang

Rabu, 01 Juni 2011

Penghuni Baru


Oleh: Ani. Nh Fazia
Diam ia melangkah
Berlari pada mata-mata yang kian menerawang kosong
Tak hendak berhenti pada sepenggal bait
Tak hendak pula melompat pada  sajak yang semakin panjang

Darah-darah dingin berkeliaran pada seluruh tubuh hampanya
Sementara keringat tak juga mau pergi dan mengering
Ia semakin gelisah
Tertekan rasa yang semakin meremas
Melemparkannya jauh pada indah yang semakin kasat

Waktu seolah habis pada titik nadir yang telah pasti
Mozaik pada rangkaian cerita telah pula nampak jelas

Ia memekik, terdakwa pada sidang akhir
Ia menggigil, terpojok saat hasil telah nampak

Ada timbangan tak seimbang yang semakin mencampakannya
Ada pula setumpuk catatan yang kini digenggam pada tangan kirinya

Ia bergetar
Ia tersungkur parah
Ia menangis parau

Akankah dapat di ulang  waktu,
Sedangkan malaikat bertubuh hitam tlah siap menyambut dirinya sebagai penghuni baru?!?
18 April 2011

Pelangi


Oleh: Ani. Nurhayanti
Pelangi
Indah di atas kebiruan langit
Meniti lengkung sejengkal dan terapung
Mengukir indah cakrawala karsa

Mungkin,
Kata itu berbaris pada lengkung warnanya
Menguntai serpihan-serpihan asa
Melagukan kasih semerdu kutilang

Pelangi
Sejuta ingin merengkuh warna
Dalam variasi kehidupan
Yang berjalan pada ombak kebisingan

Tetapi
Pelangiku lenyap  tatkala rintikan hujan tak lagi menderas
Dan mentari hadir dengan hangat rengkuhannya

Pelangi,
Suatu cita kugenggam pasti
Dalam kata,,,yang berbaris pada lengkungmu
19 Maret 2009