Selasa, 15 April 2014

Sekilas Pendapat,,, Totto- Chan’s Children


Sekilas Pendapat  dalam buku..


Totto- Chan’s Children (Goodwill Journey to the Children of the World)
Anak-Anak Totto-Chan (Perjalanan Kemanusiaan Untuk Anak-Anak Dunia)

Oleh : Ani Nh Fazia

Buku ini bukanlah cerita fiksi berupa novel atau pun cerpen, tapi non fiksi berupa kisah nyata dalam perjalanan seorang Duta Kemanusiaan, Tetsuko Kuroyanagi ( bernama kecil Totto-Chan). Buku Totto- Chan’s Children (Goodwill Journey to the Children of the World) ini terdiri dari tiga belas bab jurnal perjalanan kemanusiaan dari berbagai negara. Tiga belas bab yang dibahas menyangkut negara-negara yang mempunyai permasalahan yang cukup serius, terutama permasalahan yang berkaitan dengan perekonomian dan gizi anak.  Ketika kita membaca 13 kisah yang diceritakan Kuroyanagi, kita dapat mengambil satu pemahaman bahwa, tidak semua orang seberuntung kita.

Di negara-negara yang telah diceritakan Kuroyanagi, bayak anak yang menjadi pelacur, tidak berpakaian, tidak beralas kaki, menderia kekurangan gizi, menderita penyakit  tetanus, diare, AIDS, juga penyakit-penyakit menular lainnya yang akhirnya merenggut nyawa mereka.  

Begitu banyak kerugian yang dialami setelah terjadi perang.  baik itu perang antar negara, perang antar ras, perang antar etnis, atau pun perang saudara. Beberapa negara yang tadinya makmur, subur, bahkan menjadi penghasil minyak , semua hancur setelah terjadi perang. Tidak hanya itu perekonomian mengalami inflasi akibat perang. Banyak anak yang terganggu psikologisnya setelah terjadinya perang. Bagi negara-negara yang hancur akibat perang, akan sangat sulit memperbaiki negara mereka, agar kembali seperti semula.      

Hampir di semua negara yang diceritakan, mengalami kekeringan dan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi.

Menarik kesimpulan dari semua yang terjadi. Sebenarnya apa yang terjadi dengan negara-negara itu, “Kebodohankah? Persentae literasi yang burukkah? Rasa kepercayaan yang hilangkah? Kondisi alamkah?” atau “Kerusakan alam yang dibuat sendiri? Kebijakan Pemerintah? Kurangnya penyuluhan? Kurangnya kepedulian sesama? Ambisi? Perebutan Kekuasaan? Apakah rasa keyakinan mereka terhadap tuhan telah hilang?” Saya berfikir semua pertanyaan yang saya ajukan itu mungkin  benar, akan tetapi ada pertanyaan yang paling mendasar dari semua itu, “Mungkinkah Islam dapat menjadi solusi bagi semua permasalahan yang terjadi?”  Karena hampir di semua negara yang diceritakan, mereka semua kekurangan rasa spiritual dan sosial-emosional yang tinggi. Mungkin teman-teman yang lain mempunyai pendapat lain, mohon berbagi. J

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Kita bisa bernafas bebas. Sedangkan mereka?

Di saat mereka kelaparan, begitu mudahnya kita membuang makanan. Di saat mereka membutuhkan pakaian tertutup untuk melindungi tubuh mereka, di Indonesia para wanita begitu senang memakai pakaian kurang bahan dengan sengaja. Di saat mereka kekurangan air, di sini kita dengan seeanknya memakai air tanpa takaran, dan membuang air tanpa berdosa. Di saat mereka kekurangan gas dan listrik untuk memasak, kita berbondong-bondong menggunakan semua barang elekronik yang begitu banyak menguras energi. Di saat mereka tidak berdaya karena perang, di sini kita malah begitu enaknya merasakan kebebasan yang sebenarnya tidak bisa dikatakan bebas.

Buku ini memberi suatu wawasan yang begitu luar biasa, dan akan lebih baik apabila kita mengapresiasi dengan cara yang baik pula. Bersyukur!