“ Aku akan berdamai dengan diriku sendiri.”
-
Terinspirasi dari kata-kata seorang teman (Nur Asmawati) itu, juga dikarenakan banyaknya
teman-teman yang senang berlatih mengenai keikhlasan, membuatku ingin menulis
suatu dialog singkat. Oleh karena itu, jika ada yang merasa tidak puas atau
merasa janggal dengan cerita yang saya buat di bawah, mohon dimaklum. Itu
hanyalah sebuah pemikiran.
Jika
berbeda pendapat “ DIPERBOLEHKAN”
SYURGA HATI
Oleh : Ani Nh Fazia
Sore itu di sebuah rumah yang mungil, seorang anak kecil berusia
10 tahun bersama ibunya tengah duduk di teras rumah.
“Bunda, maukah kau
menjelaskan sesuatu hal untukku?” tiba-tiba saja sang anak melontarkan sebuah
pertanyaan ringan kepada sang ibu.
“Apa itu?” tanya sang ibu menyelidik.
“Seperti apakah syurga itu?” jawab sang anak.
Si ibu berfikir sebentar. “Syurga seperti apa yang hendak kau
tanyakan anakku? Syurga yang diceritakan dalam al-Quran, syurga duniawi atau
syurga apa yang ingin kau ketahui dari Bunda?”
“Terserah Bunda saja. Yang penting syurga.” Jawab anaknya
dengan polos.
“ Untuk apa kau menanyakan itu wahai anakku?
“ Aku hanya ingin menjadi anak yang lebih baik Bunda. Itu
saja. Kalau aku tahu mengenai syurga, mungkin aku bisa menjadi anak yang lebih
baik lagi dari sekarang.”
Sang Ibu tersenyum sembari berkata,” Kemarilah anakku, Akan bunda
ceritakan mengenai syurga hati.”
“Syurga hati? Apa itu?”
“Syurga hati adalah syurga yang dapat dimiliki setiap orang. Sebuah
syurga dimana hati mampu mengikhlaskan sesuatu hal tanpa belenggu.”
“Mengikhlaskan, Bun? Caranya?”
Sang ibu kembali menjawab. “ Mulailah berdamai dengan dirimu
sendiri.”
Si anak mengernyitkan dahinya, ia tak mengerti kata-kata
ibunya. “ Memang seperti apa berdamai dengan diri sendiri itu, Bun?”
“ Saat pikiranmu sejalan dengan hatimu.“ Sang ibu menunjuk kearah kepala anaknya
kemudian mengayunkan tangannya dan meletakannya pada dada anaknya. “Dan saat
hatimu terbebas dari tekanan, dari situlah kau akan menemukan ikhlas. Karena
ikhlas itu bukanlah ucapan bibir melainkan ucapan hati.” Lanjutnya lagi.
Sang anak masih tidak mengerti.
Si ibu kemudian
bertanya kepada anaknya, “ Apa kau menyayangi Bunda sayang?”
“Tentu Bunda, aku sangat menyayangi Bunda’” jawab si Anak.
“Meskipun bunda tidak punya uang, meskipun kita hidup
kekurangan, meskipun bunda sering marah. Apa kau masih menyayangi bunda?”
“ Ya Bunda, aku akan tetap menyayangi Bunda.“
Dengan tersenyum sang Ibu berkata, “ Nah, seperti itulah
ikhlas. Menyayangi tanpa syarat, merelakan tanpa beban.
Semoga engkau mengerti anakku.”
Sang anak meraih
tangan ibunya kemudian mendekap erat dalam pelukannya. Ia berbisik pelan
ditelinga ibunya. “ Ya Bunda, aku ikhlas menyayangi Bunda karena Bunda adalah
syurga hatiku.”
Sang ibu menangis haru dan kembali mendekap anaknya.
Dengan rasa penasaran yang masih besar, sang anak kembali
bertanya. “ Lalu, bagaimana cara kita melatih ikhlas, Bunda?”
“ Biasakanlah dirimu untuk senang berbagi, “ jawab sang Ibu
dengan sabar. “Jika hal itu dapat kau lakukan, maka sesungguhnya kau telah
memiliki syurga di hatimu.”
Si anak mengangguk-anggukan kepalanya kemudian merogoh saku roknya.
Diambilnya beberapa permen dari dalam sakunya. Ia memeberikan permen-permen itu
kepada ibunya sembari berkata, ” Seharusnya ini yang aku lakukan dari tadi.
Iyakan, Bun? Berbagi?”
“Iya sayang.” Ibunya tertawa geli.
Ia mengecup kening putrinya dengan lembut sambil berkata, “
Dan ciuman ini yang seharusnya bunda lakukan dari tadi.” Sang anak tertawa
manis, meskipun ia tak terlalu paham dengan kata-kata ibunya, tapi setidaknya
ia sudah merasa terpuaskan dengan jawaban sang ibu.
Pasti
anda bertanya-tanya apa hubungannya ikhlas dan berbagi? .,, Tentu saja ada hubungannya.
Silakan dicari sendiri jawabannya. Bagi yang sudah tahu, boleh dishare juga.