oleh : Ani Nh Fazia
Debu-debu
kumal bermain dengan tubuhmu,
sesekali
engkau terbawa nyenyak pada hangatnya
Kau
kira itu selimut yang membuat dinginmu hilang
engkau
mungkin lupa atau bahkan berusaha tegar
sedang
anakmu terbaring kurus
dan
meronta karena lapar
Vulkanik
menyuruhmu pergi dari rumah
menyertakan
anakmu untuk kau dekap
Betapa
hartamu lenyap satu tepukan
dan
kini
anakmu
menangis diam
tak
ada suara
pun
air mata
Kita
mulai tuli dan pura-pura buta,
tak
dapat mengeja rasa
Sedang
jiwa tak ingin membuka nalar
Akal
terbawa lalu,
kemudian
nurani menjadi keras
Cari
hatimu, di jerami atau tumpukan dosa yang meluap
Setelahnya
kau ambil dan mari kita memulai
Rasamu
adalah rasaku
Perihmu
adalah perihku
Dzikirku
terhantarkan angin, kepada mereka kukecupkan do’a
“Semua
akan baik-baik saja,”